Lokomotif
uap kereta wisata Jaladara yang menarik gerbong barang melintasi
jembatan di atas Sungai Bengawan Solo di perbatasan Solo-Sukoharjo. Wisata kereta kuno dengan melewati kawasan pedesaan yang
alami jika dikelola dengan baik akan banyak menarik minat wisatawan.
-
Keberadaan kereta api uap kuno Sepur Klutuk Jaladara yang menjadi salah
satu daya tarik kunjungan wisatawan, baik asing maupun dalam negeri ke
Solo, diharapkan tetap dipertahankan. Untuk itu dewan diminta tetap
menganggarkan subsidi operasional kereta tua tersebut.
"Saya akan
meminta kepada para anggota dewan di Solo untuk tetap menganggarkan
subsidi pengoperasian kereta api tua tersebut yang sudah mulai dikenal
wisatawan," kata Wali Kota Surakarta, Joko Widodo (Jokowi)
Ia mengatakan pengoperasian
kereta api kuno Jaladara bukan semata-mata mencari keuntungan, tetapi
untuk ikon Kota Solo yang bernilai tinggi. Kereta api seperti ini yang
beroperasi di Indonesia satu-satunya tinggal di Solo.
Kereta api
kuno Jaladara pada tahun ini mendapat alokasi APBD Rp 700 juta. Ini
termasuk biaya operasional berikut pemeliharaan kereta api berbahan
bakar kayu tersebut. DPRD Kota Surakarta juga telah menghitung
pendapatan sewa Jaladara sekitar Rp 100 juta tahun lalu.
"Ya
ketimpangan inilah yang menyebabkan kalangan dewan berniat menyetop
subsidi Jaladara pada tahun depan. Artinya moda transportasi wisata
tersebut terancam tanpa sokongan dana dari APBD Kota Surakarta," kata
Jokowi.
Oleh karena itu Jokowi akan mengupayakan komunikasi dan
pertemuan dengan dewan agar tidak ada perbedaan persepsi. "Apa yang
diperoleh dari keberadaan Jaladara itu berupa intangible profit. Memang kalau hanya dilihat dari keuntungannya sedikit, tetapi bukan berarti lalu dihentikan subsidinya," lanjut Jokowi.
Jaladara
selain mempengaruhi geliat wisata dan perekonomian lokal juga dipercaya
mempromosikan Kota Solo. Untuk menghindari penyetopan subsidi, Jokowi
lebih sepakat adanya kebijakan lain yakni pengurangan subsidi disertai
peningkatan promosi Jaladara. Masalah ini perlu dibahas khusus melalui
perhitungan ekonomis dengan menghadirkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).
Ketua
DPRD Kota Surakarta, YF Sukasno mengatakan penghentian subsidi Jaladara
belum final. Hal tersebut masih berupa wacana, tetapi dirinya mengakui
operasional Jaladara terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan
pendapatannya.
Ia mengatakan, untuk bisa mempertahankan ikon Kota Solo itu, pihaknya minta institusi terkait melakukan kajian. Termasuk ukuran multiplier effect Jaladara bagi penduduk lokal yang selama ini dipercaya berpengaruh besar. "Kita akan melihat apakah multiplier effect dari kereta ini bisa menutup penilaian dari sisi anggaran tadi," kata Soekasno.
Sepur
Kluthuk Jaladara merupakan kereta uap dengan loko buatan pada 1896 yang
didatangkan langsung dari Museum Kereta Api di Ambarawa. Kereta
berkapasitas 80 penumpang ini melintas di tengah kota dari Stasiun
Purwosari sampai Stasiun Sangkrah.
Selama menaiki kereta wisata
tersebut, penumpang akan diajak singgah di beberapa perhentian yaitu
Kampung Batik Laweyan, Loji Gandrung, Ngapeman, Pasar Pon, Keraton
Kasunanan Surakarta dan Gladak.
Tarif sekali jalan naik Sepur
Kluthuk Jaladara Rp 100.000 per orang. Biaya operasional sekali jalan
yang dibutuhkan oleh Sepur Kluthuk Jaladara adalah sekitar Rp 3,5 juta
untuk bahan bakar tiga meter kubik kayu jati.
sumber : kompas.com